
Sekali-kali kita harus lebih jeli melihat sudut-sudut kota. Coba perhatikan tembok-tembok kosong di sudut kota kita, ternyata makin hari makin banyak mural dan graffiti yang terpampang disana. Tembok-tembok yang penuh dengan karya seni tersebut seolah-olah menjadi galeri seni yang menarik untuk dilihat.
Sebenarnya kejadian seperti itu sudah? muncul 4 tahun silam.. Jakarta pernah booming dengan adanya mural, Mural sendiri adalah lukisan seperti halnya kita melukis di kanvas. Mural biasanya juga digunakan sebagai media untuk mengekspresikan? berbagai? masalah sosial yang ada. Semisal kasus Cicak VS Buaya yang menjadi santapan para seniman untuk bereksperimen dengan mural.
Setelah bermunculan banyak mural juga dibarengi dengan munculnya graffiti. Berbeda dengan? mural, graffiti lebih menunjukkan suatu komunitas. Selain itu,? mural lebih mengandalkan cat tembok sedangkan graffiti kebanyakan dibuat dengan cat semprot, namun ada juga yang menggunakan cat dinding.
Virus graffiti dan mural juga menjamur di berbagai kota misalnya Yogyakarta, Bandung, sampai Surabaya. Sedangkan untuk Semarang sendiri, perkembangannya masih sangat lambat dibanding Jogja. Sesuai dengan julukannya yaitu kota seni, Jogja menjadi kota tumbuh kembangnya graffiti dan mural di Indonesia. Ini dikarenakan PEMDA dan masyarakat disana yang responsif terhadap kegiatan tersebut.
Pembuat graffiti sendiri dinamakan bomber. Gaya hidup mereka lumayan unik. Mereka bekerja pada saat malam? hari dan sering kali kucing-kucingan dengan pihak Satpol PP, yang menganggap tindakan mereka hanya untuk mengotori kota.
Dari banyaknya opini-opini yang berbeda, sebagian masyarakat juga mempunyai anggapan bahwa graffiti atau? mural sebagai tindakan vandalisme yang mengotori kota. Sebenarnya kalau masyarakat lebih cermat dalam melihat, graffiti dan mural adalah suatu seni (art) seni yang lebih mengarah ke kehidupan jalanan (street art).
Graffiti dan mural juga berfungsi sebagai sarana penyampaian-penyampaian pesan kepada masyarakat. Disamping itu, graffiti dan mural juga berfungsi untuk membuat kota jadi lebih menarik dan ceria dengan adanya karya seni yang ada ditembak-tembok kota. Semoga niat baik mereka tidak bertentangan dengan peraturan Pemda. Kegiatan yang lebih cocok menyandang predikat vandalisme adalah coretan-coretan nama geng atau coretan nama sekolah yang kerjaannya hanya untuk mencari eksistensi semata dan hanya mengotori tembok dan fasilitas kota.
Sampai saat ini untuk melepas predikat vandalisme terhadap seni graffiti dan mural sangatlah sulit. Jika melihat dari sejarah yang ada para tahun 1940-an para pejuang Indonesia sudah berani membuat corat-coret graffiti ?Merdeka atau? Mati? di dinding kota dan gerbang kereta api.
Saat terjadi perang Vietnam pun di Amerika, banyak masyarakat Amerika yang memprotes atas perang? Vietnam? yang juga dituangkan di dinding kota. Pada tahun 1982-an perusahaan kereta api? Metropolitan Transit Authority (MTA) sempat menganggarkan dana yang besar hanya untuk membersihkan gerbong-gerbong kereta.
Banyak pendapat orang bahwa graffiti dan mural adalah suatu tindakan pemberontakan, cenderung mengarah kepada vandalisme bukan tindakan seni. Itu hak masyarakat untuk berpendapat, namun selama tembok kota masih menerima karya seni dan otak para seniman masih berpikir jernih maka jari-jari mereka akan terus mencari dan menghasilkan sebuah karya.